Site icon InformasiBerita

Myanmar Jadi Negara Termiskin di Asia Tenggara, Singapura Paling Kaya Berdasarkan Data IMF 2024

Myanmar Jadi Negara Termiskin di Asia Tenggara, Singapura Paling Kaya Berdasarkan Data IMF 2024

Myanmar Jadi Negara Termiskin di Asia Tenggara, Singapura Paling Kaya Berdasarkan Data IMF 2024

Mikulnews.com – Asia Tenggara dikenal sebagai kawasan yang beragam, baik dari segi budaya, politik, hingga kondisi ekonominya. Berdasarkan laporan terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) per April 2024, ketimpangan ekonomi antarnegara di kawasan ini masih cukup mencolok. Singapura dinobatkan sebagai negara terkaya, sementara Myanmar tercatat sebagai negara termiskin dengan pendapatan per kapita terendah.

Peringkat ini ditentukan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. PDB per kapita merupakan indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur rata-rata pendapatan penduduk suatu negara dalam periode tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi total PDB sebuah negara dengan jumlah penduduknya. Semakin tinggi angka ini, umumnya menggambarkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Menurut data IMF, Singapura menempati posisi teratas di Asia Tenggara dengan PDB per kapita mencapai USD 88.450. Keberhasilan ekonomi negara ini banyak ditopang oleh sektor perdagangan, jasa keuangan, dan stabilitas pemerintahan yang mendukung iklim usaha. Di posisi kedua, terdapat Brunei Darussalam dengan angka USD 35.110. Negara ini mengandalkan ekspor minyak dan gas sebagai sumber utama kekayaannya.

Sebaliknya, Myanmar tercatat sebagai negara dengan PDB per kapita terendah di kawasan, yakni hanya sebesar USD 1.250. Kondisi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi negara tersebut dalam upaya meningkatkan taraf hidup warganya. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya PDB Myanmar antara lain ketidakstabilan politik, lemahnya supremasi hukum, dan terbatasnya akses terhadap pendidikan serta layanan kesehatan.

Di bawah Myanmar, terdapat Timor Leste yang menempati posisi kedua termiskin dengan PDB per kapita sebesar USD 1.450. Negara muda ini masih berjuang membangun infrastruktur dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Laos berada di posisi ketiga dengan angka USD 1.980, disusul oleh Kamboja (USD 2.630), Filipina (USD 4.130), dan Vietnam (USD 4.620).

Sementara itu, Indonesia menempati posisi menengah dengan PDB per kapita sebesar USD 5.270. Angka ini menunjukkan adanya kemajuan ekonomi, namun masih tertinggal dari Thailand (USD 7.810) dan Malaysia (USD 13.310). Meski demikian, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang, mengingat jumlah penduduk yang besar dan sumber daya alam yang melimpah.

Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara tidak merata. Negara-negara dengan stabilitas politik, tata kelola pemerintahan yang baik, serta sumber daya ekonomi yang dikelola secara efisien cenderung memiliki pendapatan per kapita yang tinggi. Sebaliknya, negara yang menghadapi konflik internal atau kendala struktural masih kesulitan keluar dari jerat kemiskinan.

PDB per kapita memang bukan satu-satunya indikator kemakmuran, namun angka ini memberikan gambaran umum mengenai kualitas hidup dan daya beli masyarakat di suatu negara. Oleh karena itu, penting bagi setiap pemerintah untuk terus mendorong kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara merata di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Author

Exit mobile version