Site icon InformasiBerita

Teras Cihampelas Bandung Kontroversi Fungsi dan Masa Depan Ikon

Teras Cihampelas di Bandung

Mikulnews.com – Jalan Cihampelas di Bandung terkenal sebagai salah satu kawasan wisata belanja dan sejarah yang ikonik dengan pohon-pohon rimbun menghiasi sisi jalannya. Di atas koridor ini berdiri sebuah struktur unik bernama Teras Cihampelas, yang dibangun sebagai skywalk pedestrian dan pusat relokasi pedagang kaki lima (PKL) sekaligus destinasi wisata baru di kota Bandung.

Namun, seiring waktu, keberadaan Teras Cihampelas justru memantik kontroversi dan berbagai evaluasi menyangkut fungsinya, estetika kawasan, hingga perannya dalam tata ruang kota. Artikel ini akan mengulas secara mendalam mulai dari alasan usulan pembongkaran Teras Cihampelas, pro dan kontra yang muncul, hingga gambaran masa depannya di Kota Bandung.

Asal-Usul dan Tujuan Pembangunan Teras Cihampelas

Pada awal kemunculannya, Teras Cihampelas dibangun dengan semangat untuk mengatasi kepadatan PKL di sepanjang Jalan Cihampelas yang kerap menyebabkan kemacetan dan penurunan kualitas kawasan wisata. Pemerintah Kota Bandung dan Ridwan Kamil yang kala itu menjabat Wali Kota, merancang skywalk ini sebagai tempat relokasi PKL secara teratur sekaligus destinasi wisata modern di atas ketinggian.

Dengan konsep jalan layang pedestrian yang menghubungkan beberapa titik strategis, diharapkan wisatawan bisa menikmati pemandangan Kota Bandung sekaligus berbelanja di gerai resmi PKL.

Namun, dalam implementasinya, harapan ini tidak sepenuhnya terwujud. Sejumlah kios di Teras Cihampelas sering kali sepi pengunjung, terlebih setelah pandemi COVID-19, dan banyak area yang tidak difungsikan secara optimal. Fenomena ini memicu pertanyaan besar terkait efektivitas keberadaan Teras Cihampelas dari sisi ekonomi dan tata ruang.

Isu Ketidaksesuaian Tata Ruang dan Estetika Jalan Cihampelas

Salah satu argumentasi utama dalam usulan pembongkaran adalah masalah tata ruang. Menurut Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, serta Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, skywalk sepanjang ratusan meter ini telah mengubah karakteristik Jalan Cihampelas yang bersejarah. Keberadaan Teras Cihampelas dinilai mengganggu estetika kawasan, khususnya deretan pohon tua yang menjadi ikon jalur ini. Selain itu, struktur besar di atas jalan ini dianggap berkontribusi terhadap kemacetan, karena akses keluar-masuk pengunjung membebani arus lalu lintas bawahnya.

Pemerintah Kota Bandung juga menyoroti bahwa Tujuan awal Teras Cihampelas sebagai ruang relokasi PKL dan destinasi wisata belum tercapai secara maksimal. Banyak pelaku usaha memilih menutup kios karena sepinya pengunjung, dan masyarakat pun cenderung kembali menggunakan jalur pedestrian di bawah.

Dinamika Kebijakan: Usulan Pembongkaran dan Kajian Multisektor

Kini, terdapat usulan kuat dari Gubernur Jawa Barat untuk membongkar Teras Cihampelas, yang memicu beragam respons. Pemerintah Kota Bandung melakukan sejumlah kajian, termasuk diskusi dengan DPRD, Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD), hingga memperhatikan aspek legal dan administratif soal pelepasan aset. Penting digarisbawahi, pembongkaran bukan berarti aset dijual atau disewakan, namun dikembalikan fungsinya kepada ruang publik Kota Bandung.

Selama proses kajian berlangsung, Pemkot Bandung tetap berkomitmen menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan di area tersebut. Satpol PP disiagakan 24 jam, perbaikan fasilitas seperti toilet dan penerangan jalan ditingkatkan, serta upaya pembersihan dari vandalisme terus dilakukan. Hal ini menjadi langkah sementara sambil menunggu keputusan final mengenai pembongkaran atau revitalisasi kawasan.

Alternatif Masa Depan Teras Cihampelas: Lestarikan atau Bongkar?

Debat mengenai masa depan Teras Cihampelas mencerminkan tantangan besar dalam menyeimbangkan kebutuhan tata ruang urban, pelestarian sejarah, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Sejumlah pihak menilai pembongkaran adalah solusi terbaik agar identitas Jalan Cihampelas sebagai kawasan historis bisa kembali optimal, serta mengurangi beban lalu lintas di area tersebut.

Namun, ada pula masukan supaya kebijakan perbaikan atau revitalisasi lebih dikedepankan, dengan penataan ulang konsep fungsi dan manajemen pengelolaan PKL agar lebih modern dan adaptif terhadap kebutuhan wisatawan masa kini.

Pilihan antara membongkar atau melestarikan Teras Cihampelas bukanlah keputusan mudah, mengingat banyaknya faktor teknis, sosial, ekonomi, dan budaya yang terlibat. Keputusan final membutuhkan kajian mendalam dari seluruh stakeholder serta keterlibatan masyarakat sebagai pengguna langsung infrastruktur kota.

Permasalahan Teras Cihampelas menjadi cerminan dinamika penataan kota yang terus berkembang di Bandung. Meski awalnya dibangun sebagai ikon modernisasi dan solusi untuk menata PKL, dalam praktiknya skywalk ini menghadapi tantangan ketidaksesuaian tata ruang, penurunan estetika kawasan bersejarah, serta kurangnya fungsi optimal bagi ekonomi masyarakat dan wisatawan.

Sementara wacana pembongkaran terus bergulir dan menjadi bahan diskusi antara pemerintah dan publik, komitmen Pemerintah Kota Bandung untuk tetap merawat dan menjaga kawasan tersebut patut diapresiasi

. Apapun keputusan akhir yang diambil nanti, keterlibatan masyarakat, advokasi pelestarian sejarah, serta solusi untuk mendukung ekonomi lokal harus menjadi pertimbangan utama agar Jalan Cihampelas tetap lestari dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Author

Exit mobile version