JAKARTA, MikulNews — Nilai tukar Rupiah pada 22 Agustus 2025 mengalami pelemahan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat. Berdasarkan data Bloomberg yang dilaporkan oleh Indopremier, Rupiah melemah sebesar 52 poin atau sekitar 0,32%, sehingga berada di level Rp 16.340 per Dolar AS pada pukul 09.06 WIB di pasar spot exchange.
Pelemahan Rupiah ini dipicu oleh sentimen negatif dari pasar global yang masih bergejolak, terutama disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat dan tekanan pada pasar modal Asia. “Rupiah hari ini mengalami tekanan signifikan, seiring dengan menguatnya Dolar AS yang mendapat dukungan dari data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan,” ujar analis keuangan dari Indopremier, dikutip dari indopremier.com.
Menurut ahli ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Suryo Hartono, kondisi pelemahan Rupiah pada Agustus 2025 ini merupakan bagian dari tren volatilitas pasar mata uang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga bank sentral Amerika. “Ketidakpastian kebijakan the Fed dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global membuat aliran modal asing keluar dari pasar Indonesia, menyebabkan Rupiah rentan melemah,” kata Dr. Suryo, dilansir dari CNBC Indonesia.
Meski demikian, Bank Indonesia optimis akan kemampuan Rupiah untuk kembali menguat dalam jangka menengah, seiring dengan langkah-langkah stabilisasi yang diambil. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya terus memantau pergerakan pasar dan akan melakukan intervensi jika diperlukan agar Rupiah tidak terdepresiasi secara signifikan. “Kami yakin Rupiah bisa bertahan di bawah level Rp16.500 per Dolar AS dan stabil menuju akhir tahun,” kata Perry Warjiyo, dikutip dari CNBC Indonesia.
Pada akhir Juli 2025, inflasi di Indonesia masih terjaga pada level yang terkendali, yakni sekitar 3,2 persen year on year, sehingga fundamental ekonomi domestik tetap kuat mendukung nilai Rupiah. Meski ada tekanan eksternal, kondisi neraca perdagangan Indonesia yang surplus dan penerimaan investasi asing langsung yang masih mengalir menjadi faktor pendukung penguatan Rupiah saat ini.
Dengan situasi pasar global yang bergejolak, para pelaku pasar terus mencermati kebijakan moneter internasional dan perkembangan situasi ekonomi dunia. Pelemahan Rupiah 22 Agustus 2025 menjadi peringatan bagi para investor dan pemerintah untuk meningkatkan koordinasi kebijakan demi menjaga stabilitas nilai tukar dan daya beli masyarakat.
Baca juga: Tim Jupiter TNI AU: Keahlian Aerobatik dan Patriotisme di Udara
Jumlah pelemahan Rupiah sebesar 0,32% ini memang tampak kecil secara persentase, tetapi cukup signifikan untuk pasar valuta asing Indonesia. Para analis memperkirakan volatilitas Rupiah mungkin masih terjadi dalam beberapa pekan ke depan mengingat banyak faktor ketidakpastian global. Meski begitu, optimisme dari Bank Indonesia tetap menjadi penyeimbang bagi pasar di tengah tekanan yang ada saat ini.
Rupiah yang melemah otomatis membuat harga barang dan jasa yang diimpor menjadi lebih mahal. Hal ini berpotensi menambah tekanan inflasi nasional, meskipun pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan mitigasi. Penguatan sektor industri dalam negeri dan peningkatan ekspor menjadi kunci utama menjaga Rupiah agar tidak terus melemah.
Dengan demikian, kondisi Rupiah pada tanggal 22 Agustus 2025 menggambarkan situasi pasar yang dinamis dan rentan terhadap perubahan sentimen global. Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan terus melakukan langkah strategis untuk mempertahankan kestabilan nilai tukar guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.