SURABAYA, MikulNews — Gedung Grahadi di Surabaya adalah bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting sebagai salah satu cagar budaya di Kota Surabaya. Awalnya dibangun pada tahun 1795 pada masa Residen Dirk Van Hogendorps (1794–1798), gedung ini berfungsi sebagai rumah kebun untuk peristirahatan pejabat Belanda dan tempat pertemuan atau pesta.
Seiring berjalannya waktu, lokasi Grahadi yang dulunya berada di pinggiran kota kini telah berubah menjadi daerah tengah kota Surabaya dan difungsikan sebagai Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur. Gedung ini dikenal dengan arsitektur yang ikonik dan posisi strategis yang membuatnya menjadi pusat kegiatan pemerintahan di Jawa Timur.
Menurut artikel yang dilaporkan oleh Kompas.com pada 30 Agustus 2025, “Bangunan ini ada pada tahun 1795 pada masa Residen Dirk Van Hogendorps (1794–1798). Gedung ini awalnya menghadap ke arah utara, tepat ke Jembatan Merah,” yang menunjukkan keterkaitan erat antara lokasi gedung dengan sejarah penting Surabaya.
Tribunnews juga menyebutkan bahwa Gedung Grahadi tidak hanya menjadi simbol kota tetapi juga pernah mengalami insiden seperti pembakaran oleh massa, yang menegaskan statusnya sebagai saksi bisu dinamika sosial dan politik di Surabaya.
“Gedung Grahadi sendiri dikenal sebagai salah satu bangunan ikonik yang ada di Kota Surabaya,” tulis Tribunnews, menambahkan bahwa gedung ini kini bukan hanya tempat tinggal resmi gubernur, tapi juga pusat administrasi penting.
Lokasi Grahadi berada di Jalan Gubernur Suryo, berseberangan dengan Taman Apsari dan berdampingan dengan SMA Negeri 6 Surabaya serta Gedung Balai Pemuda. Posisi ini menegaskan pentingnya gedung sebagai titik pusat aktivitas pemerintahan dan sosial di kota tersebut.
Sejarah panjang Gedung Grahadi mencerminkan perubahan wajah Surabaya dari masa kolonial Belanda hingga saat ini. Dari sebuah rumah kebun sederhana di pinggiran kota, kini gedung ini menjadi simbol kemajuan dan pusat pengambilan keputusan daerah Jawa Timur.
Gedung Grahadi merupakan contoh bangunan cagar budaya yang patut dilestarikan dan dihargai sebagai bagian dari sejarah Kota Surabaya dan kebanggaan masyarakat Jawa Timur, sekaligus saksi bisu perjalanan panjang pemerintahan daerah sejak zaman kolonial hingga kemerdekaan.