Kerja Sama Antara Pemerintah dan Masyarakat Menjadi Kunci Ekosistem Ruang Digital
Saat ini sedang terjadinya transformasi digital dan demokrasi. Kondisi tersebut dikarenakan adanya keterbukaan dan transparansi dalam mendapatkan informasi, aksi partisipatif dalam mudahnya memberikan feedback dan reaksi atas informasi yang diterima atau terwadahinya kebebasan berekspresi, dan responsivitas dalam membuat keputusan untuk lebih sesuai atas berbagai masukan. Sehingga, demokrasi saat ini terbantu dengan adanya ruang digital. Walaupun begitu, kebebasan berekspresi tak sepenuhnya tak terbatas dengan adanya peraturan yang berlaku, etika digital, keamanan digital, norma agama, nilai-nilai Pancasila, adat budaya, dan lain sebagainya. Mindset atau pola pikir juga membatasi luasnya dunia digital.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Suara Demokrasi di Ranah Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 23 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Jota Eko Hapsoro (Founder & CEO Jogjania.com), Dr. Tobirin, S.Sos. (Dosen Universitas Jenderal Soedirman), Imam Wicaksono (Praktisi Pendidikan), Mathelda Christy (Praktisi Pendidikan dan Training), dan Rizky Harisnanda (News Anchor) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dr. Tobirin, S.Sos. menyampaikan informasi penting bahwa “Idealnya demokrasi digital dapat dipandang sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses politik dan pemerintahan dengan terdorongnya aspirasi masyarakat dalam membentuk kebijakan dan regulasi publik oleh pemerintah. Namun nyatanya kondisi demokrasi digital saat ini melalui jaringan internet dan jejaring media sosial menjadi dunia yang nyaris anarkis, dengan maraknya aksi-aksi kebencian, permusuhan, agresivitas, egoisme, dan naluri destruktifnya yang disebabkan oleh netizen belaka hingga disebarkan secara sengaja oleh provokator. Hal tersebut dikarenakan netizen merasa seolah-olah tidak ada hukum dan otoritas yang bisa mengontrolnya, terutama dengan terbantu akun-akun anonim sehingga kabar bohong bisa merajalela tanpa halangan di jejaring media sosial. Pemerintah dan masyarakat kuncinya adalah berkerjasama dan berkolaborasi dalam membentuk demokrasi digital yang sehat dan baik.”
Rizky Harisnanda selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kondisi pandemi saat ini mendorong kita untuk bisa lebih pintar dan memiliki banyak keahlian baru dalam mengarungi ketidakpastian. Terkait dengan kebebasan berpendapat di ranah virtual, penting sekali menerapkan pendidikan terhadapnya; kita harus pahami bahwa belajar itu seumur hidup. Menurutnya khusus terhadap literasi digital, di mana apabila literasi kita tidak berbanding lurus dengan perkembangan teknologi, kita akan tertinggal jauh.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Aziz Harim menyampaikan pertanyaan “Saat ini kita mengalami krisis literasi digital, di mana belakangan ini banyak sekali rekan-rekan kita yang tiba-tiba langsung memberi penilaian atau komentar terhadap suatu peristiwa tanpa mempelajari atau membaca terlebih dahulu latar belakang terjadinya peristiwa itu. Ditambah sebentar lagi kita memasuki masa pemilu yang mana akan banyak sekali informasi yang saling menyerang ketika dalam berkampanye politik. Pertanyaan saya, langkah apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghindari hal-hal tersebut disamping telah diadakannya program literasi digital ini?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Jota Eko Hapsoro, bahwa “Pemerintah sudah banyak memiliki instrumen untuk pencegahan atau mengurangi hoax dan kabar provokasi. Sayangnya masih banyak yang tidak mengerti seberapa besar dampak rekam jejak digital bagi para netizen karena banyak yang asal berkomentar atau membagikan secara emosional, sehingga pentingnya edukasi sejak dini.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.