JAKARTA, MikulNews — Keunikan baju adat Papua, yang mencakup identitas, status sosial, dan kedekatan masyarakat dengan alam, menjadi cerminan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa.
Di tengah keberagaman 1.340 suku bangsa yang membentang dari Aceh hingga Papua, pakaian tradisional Papua memegang peranan penting sebagai lebih dari sekadar penutup tubuh. Pembedaan mendasar terlihat pada busana pria dan wanita. Pria di Papua secara tradisional mengenakan koteka atau holim, yang dibuat dari kulit labu air untuk menutupi area vital, seringkali dilengkapi dengan rok rumbai berbahan dasar daun sagu. Para wanita Papua, di sisi lain, memakai rok rumbai yang lebih panjang dan padat, dipadukan dengan baju kurung yang terbuat dari kain beludru atau anyaman rumput.
“Koteka merupakan bagian dari pakaian adat Papua yang berfungsi untuk menutupi kemaluan penduduk pria asli Papua, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka sehingga nyaris telanjang,” demikian dijelaskan mengenai fungsi utama koteka. Selain itu, terdapat juga pakaian adat lain seperti Sali dan Yokal, keduanya berasal dari kulit pohon. Pakaian Sali, yang terbuat dari kulit pohon berwarna cokelat, dikhususkan untuk wanita lajang. Sementara itu, Yokal, dengan warna cokelat kemerahan dari kulit pohon yang sama, hanya diperuntukkan bagi wanita yang sudah menikah.
Aksesori tambahan seperti hiasan kepala yang terbuat dari bulu burung kasuari atau ilalang, serta tas tradisional noken, turut melengkapi penampilan busana adat Papua. Bentuk, ukuran, dan ornamen pada koteka mampu mencerminkan kedudukan seseorang dalam komunitasnya. Pakaian kain rumput, yang dibuat dari pucuk daun sagu kering, kini telah beradaptasi dengan sentuhan modern dan dapat dikenakan oleh pria maupun wanita. Pengaruh budaya luar juga terlihat pada baju kurung, yang banyak dikenakan oleh wanita di Manokwari. “Baju kurung merupakan pakaian adat Papua yang digunakan oleh para wanita sebagai atasan. Bahan dari baju kurung adalah kain beludru,” ungkap sumber terpercaya.
Saat ini, baju adat Papua seringkali diperagakan dalam berbagai festival dan pagelaran budaya yang menarik perhatian. Rok rumbai umumnya dipasangkan dengan baju kurung sebagai kombinasi yang harmonis. Tato yang terinspirasi dari motif flora dan fauna, dibuat dengan tinta alami, juga menjadi elemen penting dalam penampilan tradisional masyarakat Papua.
Meskipun demikian, penggunaan koteka sebagai penutup kemaluan kini menghadapi pembatasan, termasuk di lingkungan sekolah dan kendaraan umum. Kendati demikian, kelestarian baju adat Papua terus dijaga, terutama di kawasan pegunungan, di mana busana ini menjadi daya tarik wisata yang signifikan. Keunikan serta filosofi mendalam yang terkandung dalam setiap helai pakaian adat Papua menegaskan posisinya sebagai warisan budaya yang sangat berharga untuk dilestarikan. This statement demonstrates the enduring cultural relevance of traditional attire.