JAKARTA, MikulNews — Periode akhir Agustus 2025 diselimuti duka menyusul tewasnya setidaknya sepuluh orang dalam serangkaian demonstrasi yang melanda berbagai wilayah di Indonesia. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengonfirmasi angka korban jiwa tersebut, yang terjadi antara tanggal 25 Agustus hingga 31 Agustus 2025. Ketua Komnas HAM, Anis Hidayah, dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (2/9/2025) di Jakarta, menyampaikan temuan awal yang mencemaskan, bahwa beberapa dari mereka diduga kuat menjadi korban kekerasan dan penyiksaan yang dilakukan oleh aparat.
Data yang dirilis Komnas HAM ini merupakan hasil dari upaya pemantauan dan investigasi mendalam terhadap unjuk rasa yang berujung kericuhan di berbagai kota. “Sejauh ini tercatat setidaknya 10 orang korban meninggal dunia,” ujar Anis Hidayah, yang juga mengklarifikasi bahwa satu orang yang sempat dilaporkan meninggal di Makassar ternyata masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Korban yang teridentifikasi meninggal dunia akibat demonstrasi tersebut antara lain Affan Kurniawan (Jakarta), Sari Nawati (Makassar), Sauful Akbar (Makassar), M. Akbar Basri (Makassar), Rusma Diansyah (Makassar), Sumari (Solo), Reza Sandy Pratama (Yogyakarta), Andika Lutfi Falah (Jakarta), Iko Juliarto Junior (Semarang), serta satu korban di Manokwari. Komnas HAM masih terus mendalami penyebab pasti kematian para korban, termasuk kemungkinan adanya keterlibatan aparat kepolisian dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Selain korban jiwa, catatan Komnas HAM juga mencakup sejumlah peserta aksi yang mengalami luka-luka serta penangkapan massal. Sebanyak 1.683 orang dilaporkan ditangkap dan ditahan di Polda Metro Jaya dalam rentang waktu 25 Agustus hingga 1 September 2025. Komnas HAM secara khusus menyayangkan penangkapan terhadap aktivis HAM dan Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen.
Untuk menampung keluhan masyarakat, Komnas HAM telah membuka posko pengaduan. Hingga kini, 28 laporan telah diterima, dengan sebagian besar berkaitan dengan dugaan penangkapan sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum. Investigasi terhadap kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online yang tewas dilindas kendaraan taktis Brimob saat aksi di Jakarta, tengah berlangsung dengan mengumpulkan rekaman CCTV untuk memverifikasi fakta yang terjadi.
Menyikapi situasi ini, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera melaksanakan penyelidikan menyeluruh atas penanganan demonstrasi oleh aparat. Juru bicara OHCHR, Ravina Shamdasani, menyatakan, “Kami menyerukan investigasi yang cepat, menyeluruh, dan transparan terhadap semua dugaan pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional, termasuk yang berkaitan dengan penggunaan kekuatan.” Polda Papua Barat juga dilaporkan masih mengusut penyebab kematian Septinus Sesa di Manokwari, dengan Kapolda Papua Barat Irjen Pol Johnny Eddizon Isir menegaskan langkah ini demi mengungkap fakta sebenarnya. Komnas HAM berkomitmen untuk terus memantau perkembangan dan mengungkap kebenaran di balik serangkaian peristiwa memilukan ini.