Mikulnews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perkembangan kondisi ketenagakerjaan nasional pada Agustus 2025. Berdasarkan laporan terbaru, jumlah penduduk usia kerja (PUK) yang mencakup warga berusia 15 tahun ke atas mencapai 218,17 juta orang. Angka tersebut meningkat sekitar 2,80 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan dinamika demografis yang terus bergulir seiring pertumbuhan populasi.
Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa sebagian besar penduduk usia kerja masuk kategori angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2025 tercatat 154,00 juta orang, sementara sisanya sebanyak 64,17 juta orang digolongkan sebagai bukan angkatan kerja. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk usia produktif tetap aktif mencari ataupun menjalani pekerjaan.
Dari total angkatan kerja, sebanyak 146,54 juta orang menyandang status bekerja. Sementara itu, jumlah penganggur mencapai 7,46 juta orang. Jika dibandingkan dengan Agustus 2024, jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan sebesar 1,90 juta orang. Angka ini mengindikasikan pergerakan positif dalam kapasitas penyerapan tenaga kerja di pasar kerja domestik. Di sisi lain, jumlah pencari kerja yang belum memperoleh pekerjaan turun sekitar empat ribu orang dalam periode yang sama. Penurunan tersebut menunjukkan adanya perbaikan kecil dalam tingkat pengangguran terbuka meskipun penurunannya relatif terbatas.
Secara umum, laporan tersebut menggambarkan bahwa indikator ketenagakerjaan mengalami kenaikan di sejumlah aspek. Meski demikian, struktur kualitas tenaga kerja masih menjadi perhatian utama. Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan, tenaga kerja berpendidikan rendah tetap mendominasi pasar kerja nasional. Mayoritas penduduk bekerja pada Agustus 2025 merupakan lulusan sekolah dasar (SD) ke bawah, mencapai 34,75%. Komposisi ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pekerja masih memiliki keterbatasan dalam hal keterampilan formal.
Di sisi lain, tenaga kerja berpendidikan tinggi menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pekerja lulusan Diploma IV hingga strata satu, dua, dan tiga mencapai 10,84%. Angka tersebut terus meningkat sejak Agustus 2023, menandakan adanya pergeseran menuju tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi. Pergerakan ini berpotensi memperkuat struktur kualitas sumber daya manusia di masa mendatang, terutama dalam menghadapi persaingan global dan transformasi ekonomi berbasis teknologi.
Selain itu, distribusi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan lainnya terdiri atas lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 21,19%, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 17,11%, serta lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 13,89%. Sementara pekerja lulusan Diploma I hingga Diploma III tercatat 2,22%. Data tersebut menunjukkan bahwa lulusan sekolah menengah masih memainkan peran penting dalam pasar kerja, meskipun kontribusi lulusan pendidikan tinggi terus meningkat.
Kondisi ini menggambarkan bahwa Indonesia berada pada fase transisi dalam peningkatan kualitas tenaga kerja. Meskipun tenaga kerja berpendidikan tinggi bertambah, dominasi pekerja berpendidikan rendah tetap menjadi tantangan strategis. Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan diharapkan dapat memperkuat ekosistem peningkatan keterampilan melalui pelatihan vokasi, peningkatan akses pendidikan, dan program peningkatan kompetensi di dunia industri.
Ke depan, kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penentu daya saing ekonomi nasional. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia kerja, kebijakan keberlanjutan pembangunan manusia menjadi semakin penting. Transformasi struktur pendidikan tenaga kerja menjadi kunci agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan peningkatan produktivitas masyarakat.












